Langsung ke konten utama

Ketiban...... :)



Pagi ini… aku berangkat nyawah-nya lebih awal dari biasanya. Ada hal yang perlu aku kerjain sebelum jam kerja mulai. Seperti biasa, perjalanan yang hanya sepuluh menit ke kantor aku lalui melewati rumah-rumah warga, senyum sana senyum sini dan sebisa mungkin menyapa mereka yang aku lewatin. Kenal nggak kenal gpp, ntar juga kenal kalo sering disapa. Hehhehehe….. 
Nah…. Aku mau cerita hal special yang aku syukuri pagi ini. Ketika aku lewat rumah mpok Mirah (tetangga, agak sedikit jauh dari kost-anku)  sedang sarapan mie goreng yang dimasaknya sendiri. Karna beliau mang nggak nyawah kayak aku , maka beliau punya waktu cukup untuk menikmati pagi. Nah … caranya menikmati pagi ini adalah sarapan di teras rumah sambil menikmati pemandangan, tanaman-tanaman kecil didepan rumah. Seperti biasa kalau aku lewat, kulemparkan senyum dan sapa. “wahh.. enak banget tuh mpok… nyarap sambil menikmati bunga. Seakan dunia milik sendiri” dan kami tertawa berdua… lalu..
Obrolan ringan ini berlanjut pada makanan yang ada dipiring si mpok. Katanya dia masak sendiri dan aku memujinya dengan tulus “wah… keliatannya ibu pinter masak ya bu?!. Enak tuh”
“ahahahhaha…. Iya nih aku masak sendiri. Coba dah.. incip nih, ayuk” katanya sambil nyodorkan piringnya, ndesak. Untuk menjalin kedekatan dan sebenarnya tertarik juga dengan masakannya, aku mencicipi kurang dari sesendok makan. Dan ternyata dia senang banget aku demen masakannya, dan mau makan makanan yang dari piringnya. Lalu tiba-tiba, dia segera masuk rumah.
 “sini Mur…. Cepet.. sini aku tunjukin sesuatu” katanya.
Panggilannya yang nggak biasanya membuatku bergegas kpengen tahu. Sementara aku membuka sepatuku hendak masuk ketempat yang beliau tuju, dia sudah datang membawa sepiring mie goreng dan menyuguhkannya padaku
“nih… nyarap dulu”
‘lho…. Mpok…?!!  Aku mau berangkat kerja. Nggak usah Pok.. terima kasih” tolakku halus dan sedikit masih kaget dengan sambutan ini.
“nggak apa-apa… sini nih.. kita duduk makan, bedua. Aku buatin teh anget ya?!
“hehheeheh… ya udah. Iya deh pok…”
Jadi deh kami berdua sarapan sambil ngobrol senang dirumah mpok Mirah.
Aku senang dan bersyukur juga. Ngerasa diriku yang dulu yang kata orang supel dan ramah (hhehehe…. Jadi malu  nih… hehhe..) kembali. Aku juga bersyukur untuk rejeki pagi ini. karna terus terang, pagi ini rencananya nggak usah sarapan aja. Isi dompet dah menipis, sementara waktu gajian masih jauh. 8 hari lagi. J Tuhan Allah tau aja yah…. Mberi rejeki pada waktunya. Doa pagi ini “… berilah kami rezeki pada hari ini……..” terjawab, meski baru terucap kurang dari se-jam yang lalu. Aku bersyukur, Tuhan Allah menciptakan banyak jenis orang di Jakarta. Khususnya dalam hal ini orang Betawi. Sebenarnya, sebelum tinggal di Jakarta, aku lum pernah interaksi langsung ma orang Betawi asli (lewat jejaring social sih pernah) tapi yang langsung, baru kali ini. Ternyata, selama aku di Betawi, bertemu sekian banyak orang Betawi dan berinteraksi ma orang Betawi, aku sampai pada pemahaman “orang Betawi itu asyik yah… unik, ramah”. Like Betawi so much :). (bukan karna sepiring mie goreng lho yah… hehhhehe)… tapi karna cara interaksi mereka.
So Gusti Pangeran… Thank You untuk pengalaman dan rezeki pagi ini. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu