Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Mungkin

Detik demi detik menuju 7 September semakin terasa berat dan mencekam. Tertidur dipangkuan malam.. hati yang lelah dan takut berharap. Hingga fajar menjelang, tak ingin kubuka kelopak mata.   Namun badan yang gelisah semalaman, tetap nggak bisa diajak kompromi. Niat melewatkan 7 september tanpa sepengetahuanku, tak dapat terlaksana. Dengan rasa sesal kulemparkan selimutku Dan dengan enggan pula kusiram tubuhku dengan air… Barangkali bisa membuat hati yang gelisah sedikit menjadi tenang. Seperti yang sudah-sudah, hati-Nya yang tinggal dalam diriku Meminta tuk bergi ke rumah Bapa, tuk mensyukuri hari ini… namun kuurungkan saja. Mungkin ntar sore… atau mungkin juga tidak. Sama seperti setiap kemungkinan yang lain. Hati enggan untuk berharap dan takut berpikir yang mengarah pada harap. Maka doa yang kudaraskan hanya “Bapa kami yang ada di Surga….” Cukuplah untuk mengawali hari ini. Setelah dua jam melarikan diri dengan game Akhirnya kuputuskan untuk berzi

Ketukan diambang subuh

Bangun dengan hati galau… terbawa pikiran dan rasa sepi yang terlintas dalam batin sekejab sebelum tertidur tadi malam. Maka meski jarum jam tanganku masih menunjukkan pukul 03:00, tapi bola mata berpijar cling laksana lampu 40 watt.  Dari pada guling sana guling sini lebih baik duduk sambil diam menyadari setiap tarikan nafas dan suara meteran listrik milik tetangga yang sedari kemarin berbunyi tit tit tit, bersahutan. Mendengarkan alunan suara khas Jakarta, deru kenderaan dikejauhan yang sekali-sekali menderu. Dan akhirnya menyadari bahwa saat ini meski situasinya tak seperti yang kuharapkan, namun belajar iklas dan pasrah pada Sang Hyang Ada serta memohon rahmat-Nya agar boleh milihat hadir-Nya, rahmat-Nya dan kehendak-Nya lewat perjalanan hidup hari ini.  God… Have Mercy on me.

.......... karya agung Sang Maestro.

Sambil menunggu pegawai Bank membuatkan buku rekening baru untuk salah seorang karyawan baru kami, aku duduk sambil melayangkan pandang keluar jendela. Disana kusaksikan karya agung Sang Maestro. Hujan. Waktu seakan berhenti seketika. Hanya keheningan dan kedamaian yang ada. Damai dan hening laksana suasana gunung tabor, tatkala ketiga murid Sang Guru….   ternganga, terpana…   menyaksikan penampakan surga diatas tabor.  Adakah yang bisa mengabadikannya? Mengabadikan moment indah, saat tetes air hujan menyentuh bumi, lalu pecah menjadi titik-titik air? Mengabadikannya dengan jelas lewat skets atau lukisan atau foto? Adakah???

Ntah…..

N tah mengapa… aku selalu bahagia Ketika berbicara dengan-mu Seakan akan aku berlimpah cinta Meskipun itu hanya harapan… kosong Oh iya… mungkin bener juga aku beneran berlimpah cinta… Berlimpah cinta dari saudaraku.. kamu. Dan aku bahagia kuyakini itu sebagai sebuah rahmat Laksana sebuah oase… ditengah sahara tak berujung. Maka kutundukkan kepala… Sembari menepuk dada… Sadarlah … sadar… wahai manusia Karena hidup itu adalah sebuah perjalanan panjang Yang kadang melalui sejuknya curah hujan hutan cemara, angin semilir, harum dan dan teduhnya hutan jati But some time melalui terpaan badai pasir putih dan halus… tak kala angin utara berhembus kencang… Lihat… coba lihat lagi Ada fatamorgana diujung sana…   ketika sahara tak berujung itu kau lalui Ada pelangi terhampar dilangit ketika curahan hujan mbasahi diperjalanan. Semua punya keindahannya sendiri dan semua ada berkatnya sendiri.   Nah coba pasang telinga… hati Ada cicit burung bernya