Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Thursday With Morrie

Dalam suatu perbincangan antara sufi dan muridnya-- S  : "yang kulakukan sekarang adalah mematikan perasaan dari semua perasaan dari pengalaman " M : " hah? mematikan perasaan?" S  : " ya  Mematikan Perasaan. ini penting untuk setiap orang, bukan hanya untuk orang yang sudah bau tanah kayak aku, tapi juga untukmu yang masih segar bugar dan baru nongol kemarin pagi. belajar mematikan perasaan". setelah menarik nafas sebentar dia melanjutkan "kau tahu di budhisme mereka diajarkan untuk tidak melekatkan diri pada kebendaan, karena segala sesuatu tidak kekal? M  : iyup. tahu. tapi bukannya Guru yang bilang bahwa kita harus menghayati pengalaman hidup, emosi positif juga negatif? bagaimana anda menlakukan itu jika anda mematikan perasaan? S  : iya. itu benar. ketika kita merasa kesepian, kita membiarkannya datang, lita membiarkan air mata mengalir karenanya, kita membiarkan air mata mengalir karenanya, kita membiarkannya menalir secara utuh - te

God. Help me Please

Tuhan Mendengarkan doa yang lahir dari hati yg jujur Hari ini...... aku merasa sangat Jenuh. jenuh untuk apapun. rasanya banyak hal yang sia-sia dalam hidupku. perjuanganku untuk menjadi lebih baik rasanya tak pernah ada ujungnya. dan tak ada hasil yang bisa membuatku tersenyum. capek. aku capek dalam proses pencarianku capek mengupas dan mencoba mencari apa kehendak-Mu Bosan. aku bosan mendengar celetukan yang sama. seakan tak ada ayng berubah dalam dunia ini seakan tak ada yang menjadi lebih baik, seakan upayaku kuabadikan diatas angin. give up. hm.... ingin aku mengungkapkan itu hanya saja my my conscience , my angel  tak sepaham denganku. "No. that's is not the end. You can. yes, you can. try again, yet not all of them failed . instead , you actually get a lot of blessings ,   it's just that , now you hardly see any of it. because you are struggling with the ' futility ' " tapi aku capek mendengar kata itu. aku capek

Iya ya.... Dia memang selalu setia.

Suatu malam, saat masih duduk di bangku kelas 2 SD, diterangi cahaya lampu teplok disudut ruangan, aku duduk disisi tempat tidur orang tuaku. Kami ngobrol tentang masa depan. Ayahku terkejut mengetahui bahwa aku punya cita-cita, sama seperti yang dia ungkapkan ketika pertama kali aku menghirup nafas dunia. padahal sebelumnya Beliau tak pernah mengungkapkannya padaku. "aku ingin boruku nti' jadi Parhobas Ni Dewata-i ".  Mendengar cerita itu, aku meyakini bahwa ungkapan ayahku adalah doa-nya dan harapan-nya. tak terasa, saat ini hampir 10 tahun, aku menjalani hidup dan cita-citaku sebagai parhobas ni Dewata-i. Hari ini kucoba 'tuk kembali menelusuri kembali lorong-lorong yang pernah kulalui, bersama Junjungan-ku, Gusti Pangeran, Ia juga adalah sahabatku. Ada masa-masa indah yang membuatku berdecak kagum, masa dimana aku dan Dia, bersama-sama menuliskan kisah dalam buku harianku, bersama-sama meliukkan goresan pensil diatas kanfas kehidupanku. dan memberi w

hak anak sulung VS semangkok bubur

  (Cuplikan diskusi 2 sahabat, pembelajaran setelah bersama2 merenungkan sstu) A:        (Jan 29 10:11 AM)       : kelekatan itu membutakan (Jan 29 10:21 AM)        iya, kelekatan itu dahsyat ya? B:        (Jan 29 10:21 AM)      :‎ ahahhahaahha betul betul betul A :        (Jan 29 10:21 AM)       : esau aja jual hak kesulungannya  (Jan 29 10:22 AM)       buat kelekatannya pada bubur!  (Jan 29 10:22 AM)       hahaha. hm.... manusia. itulah kita. Ya. memang benar, kelekatan itu membutakan. kelekatan bukan hanya pada barang tapi juga pada orang, dan sstu yang ada dipikiran. saking dahsyatnya, kita juga berani menukarkan Rahmat dan harta paling berharga yang kita miliki untuk sebuah kelekatan, seperti rahmat anak sulung esau ditukarkan pada semangkok bubur

Blessing in unwanted.

Semester 5 diakhiri dengan ujian akhir semester. salah satu mata kuliah yang aku ambil semester 5 adalah Psy perubahan sosial, salah satu mata kuliah yang sangat aku sukai di semester ini. seperti biasa setelah ujian aku dan teman-teman menunggu hasil berupa nilai aku memperkirakan bahwa untuk matakuliah ini aku bisa dapat nilai yang memuaskan eeeeehhhh ternyata .......... mataku terbelalak seperti bola pimpong ketika melihat angka yang ada di deretan namaku, SAS-46. tanpa mencoba untuk menghitung dan mengkalkulasikan dengan nilai STS, sesuatu yang sama sekali tidak pernah kubayangkan terlintas dipikiranku. Ngulang. My God.... mati aku. rasanya dunia hancur jika aku harus ngulang. badanku lemas, pikiranku kacau, sedih, dan marah. aku mengarahkan pandanganku "keluar" mulai nyalahin dosen yang nggak ngasih SAP dan transparansi nilai seperti yang seharusnya. aku marah ma dosen yang nurutku nggak transparan soal bobot nilai dan aku mulai nyalahin temen kelompok un

Treasure

Pada suatu hari dalam perjalanan hidupku, kutemukan sebuah harta istimewa, bungai rampai kehidupan . kata orang itu adalah anugerah. bunga itu namanya cinta. Aku menyadarinya ketika kurasa kehadirannya menggangguku. Tumbuh disudut hati. dan menurutku itu bukan musim yang pas untuk bunga seperti itu. sebenarnya bunga itu indah, dan aku suka warnanya, aromanya dan rasanya. namun satu hal yang membuatku terganggu adalah waktu dan tempat  tumbuhnya. berbagai cara kulakukan untuk membasminya, karena aku ingin nyaman. tak ingin  terganggu karena melihatnya, karena rasa cemas dan gelisah yang ditimbulkannya. kadang-kadang aku sengaja menimbunnya, atau memaksa mataku untuk tidak melihatnya. kadang kadang aku sengaja menggali pinggirannya dan membiarkannya kering tanpa air, tanpa sinar matahari. Aku ingin MENGABAIKANNYA. namun pesonanya membuatku tak berdaya. semakin keras upayaku, semakin kuat akar-akarnya merambah seluruh tanah hatiku.  dan aku semakin kehabisan tenaga