Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Di Lorong Gelap Itu....

Di Lorong gelap itu..... Dari sebuah lorong gelap Aku berseru kepada-Mu ya Tuhan Disana tak kutemukan seberkaspun cahaya Mataku nanar mencari-nya Tapi tak jua kutemukan... Bahkan setitikpun tiada Sayup-sayup dari kejauhan Kudengar suara babi, yang semakin nyaring, Senang, mengendus, mendekat Dan hampir meraih kepala Lututku bergetar Jantungku berdetak kencang Dan aku tak berani bergerak... Asperges Me Meski hanya untuk sebuah gerakan kecil Saat bersamaan terdengar suara jeritan, Teriak minta tolong. Kuraba mulutku  ..masih terkatup rapat, Dingin seperti awalnya Namun suara teriakan itu semakin keras, Melengking, nyaring, membubung keangkasa. Mataku kembali nanar mencari Dan dalam hati bertanya ...."Suara siapa itu? Bukankah yang ada disini hanya aku?.... Dalam ketakutan aku terdiam Kembali nanar mencari dari mana suara itu berasal Hingga akhirnya kusadari Bahwa kedua suara itu.... terdengar Dari sudut

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu
One Way For Letting Go (for the past experince) Menyalahkan masa lalu "mengapa aku diperlakukan seperti itu... mengapa dia seperti itu sehingga aku begini.. mengapa keadaannya seperti itu, mengapa... mengapa? dll" adalah manifestasi tuntutan kita agar orang lain sempurna, tak bercela, tak boleh salah dan seperti malaikat. Salah satu cara untuk " Memaafkan atau Letting go pada masa lalu yang gak isa kita ubah, orang2 yang terlibat didalamnya" adalah dengan mencoba merenungkan, mungkinkah meminta mereka untuk sempurna, seperti yang diinginkan oleh setiap orang? Sepertinya kita perlu bercermin pada diri "seberapa banyak dan keras usaha kita, untuk menjadi seperti yang kita harapkan, apakah semua itu bisa tercapai dan bisakah menjadi manusia malaikat, seperti yang diharapkan semua orang?" kalo kita tak bisa... kita juga akan bisa ngerti bahwa ternyata orang lain juga sama seperti kita. Kalo tak bisa menuntut diri untuk menjadi sempurna ... baga