Langsung ke konten utama

Telp With Mom Malam Ini (Hari ke-170 di 2014)



·         Saat-saat ini aku merasa tenang dan sungguh menikmati kesendirianku. Bisa dibilang, aku merasa nyaman aja dengan hidup sendiri seperti saat ini. Kadang aku terpikir “waduh kalo begini jangan-jangan ntar aku mang ngga akan terpikir untuk menikah”. Memang akhir-akhir ini aku juga agak jarang nelphone mama, sehingga pertanyaan “kapan akan menikah” tak terdengar dari mama atau eda dan saudara-saudaraku yang lainnya. Aku mang memilih ngga telephone mereka karna setiap kali telp aku merasakan kegelisahan mereka tentang keadaanku saat ini, meski sebenarnya aku sendiri yang njalani merasa lebih baik hidup seperti saat ini. Setidaknya hingga saat ini aku merasa seperti itu.
·         Nah, malam ini, tepat pukul 21:17 WIB, aku telephone mama untuk sekedar say hello dan nanyain kaba. Ternyata sebelumnya beliau dah tidur dan terbangun karna telephone-ku.
·         “hello ma.. mama dah tidur tho” demikian aku ngawali perbincangan malam ini. Karna ngga ingin ngganggu tidur mama aku berniat segera mengakhiri pembicaraan “ya udah ya ma.. lanjutin tidur aja, sorri nggaggu, telp malam-malam”
·         Awalnya aku senang mama ngga nanya macam-macam soal aku. ehh ternyata masih ada lanjutannya “dang muli dope ho inang?” Tanya mama dan aku gelagapan dan berusaha agar suaraku tetep netral meski sebenarnya aku sungguh bingung nanggapinnya.
·         Sebenarnya bukan Cuma mama, saudara-saudaraku yang lain juga udah ngerasa bingung dengan keadaanku saat ini karena memang usiaku yang ngga muda lagi. bahkan secara  gamblang mama bilang “nungga matua ho boru”
Setelah telephone malam itu aku termenung dan hanya bisa mbatin “ma… bukannya aku ngga mau nikah ma, tapi harus bagaimana? Mungkin jodohku masih jauh atau Tuhan punya rencana lain tentangku” sebenarnya aku kpengen bilang ma mama “ma… jangan ndesak aku nikah dong. Saat nih aku menikmatin status single-ku dan kayaknya ingin njalani hidup seperti ini aja. Hatiku ngga bisa beralih kelain hati ma” Tapi ungkapan itu ngga terungkap dari bibirku. Biarlah. Tuhan tahu yang terbaik buat aku. hm… kadang-kadang aku bingung juga “apa aku dah dah mati rasa atau masaku dah lewat yah? Rasanya ngga tertarik buat mikir cari pengganti lagi. nggak tertarik mbuka hati buat yang lain. Hatiku dah terpaut pada seseorang dan ngga ingin berpindah ke lain hati. Mati rasakah aku?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi