Langsung ke konten utama

Damai Versi Hari ini



Hari ini, bersama beberapa temen dari kantor, pergi ke Pulau Kelor. Kami janjian akan berangkat jam 06:00 WIB dari kantor. Kantorku bisa aku jangkau dalam waktu 10 menit dengan berjalan kaki. Namun, aku sudah bangun pada pukul 04:00 WIB, biar bisa masak, ngejust dan berangkat dengan santai. Seperti biasa jika judulnya adalah “jalan-jalan” maka aku akan berusaha sungguh2 menikmati setiap momentnya dengan senang hati, meski sebenarnya ada-ada aja kejadian diluar keinginan. Hal diluar rencana hari ini adalah, temen yang jarak tempuh rumahnya ke kantor aja kurang lebih 40 menit, ngebel “mbak… aku baru bangunnnn…” tepat pada pkl 06:02 WIB. Waduh, berarti kalo aku nggak ngeWA / ngontak dia, lum bangun-bangun dong. 2 menit kemudian temen yang satunya juga bilang “ia Mur, nih gua dah mau berangkat” padahal jarak tempuh rumahnya kalo lancar adalah 30 menit dengan motor. Sekali lagi, sekitar 30 menit kalo lancar. So??? Sedikit geregetan sih, tapi ya udah dari pada semuanya telat aku dan temen yang udah standby berangkat duluan dan janjian ketemuan di Muara Kamal aja.

Sebenarnya ada beberapa peristiwa lain lagi yang nggak ngenakin hati, tapi ya udah lagi “ nih judulnya rekreasi so nikmatin aja, daripada hati getun, ndongkol dan nggak akan ngubah apa-apa, mending nikmatin aja. Dalam perjalanan dari Pulau Untung Jawa ke Pulau Onrusht, aku mencoba melihat kembali perjalanan hari ini dan geliat kehidupan yang mewarnainya. Aku belajar merasakkan setiap perasaan yang muncul. Merasakan rasa ndongkol karna ngumpulnya yang ngga sesuai janji (yang pake saling nyalahin juga dan akhirnya beda jalur, pecah). Merasakan rasa capek karna komunikasi yang ngga jelas, ngerasain rasa kangen yang mengganjal dihati. Dll. Kurasakan tanpa ada sebuah penolakan akan perasaan yang muncul. 
Ketika setiap rasa itu muncul, aku mencoba untuk menerima dan merasa-rasakan, hingga akhirnya bisa mengatakan “oh… gini tho rasanya ndongkol” atau “oh gini tho rasanya capek karna komunikasi yang ngga jelas”, “oh gini ya rasanya senang” dll. Semua perasaan senang, indah, tenang, ndongkol, kesal, kangen dll hadir dalam sehari dan rasanya sangat indah. Sesampainya dipenghujung hari aku merasakan damainya hati. Damai itu bukan karna semuanya berjalan dengan mudah dan sesuai harapan. Damai bukan karna semua berjalan tanpa rintangan, namun mungkin damai itu muncul karna ada penerimaan atas semua rasa yang ada. Gitu ngga yah? Menurutku begitu. J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi