Langsung ke konten utama

Dulu… Dia pernah Bilang (Hari ke-165 di 2014)



Suatu waktu, ia mengatakan “dek…. Aku tuh sering lho mbuka dan mbaca blog-mu, kadang menanti sesuatu yang baru disana, yang kamu tuliskan tentang hidup yang kamu jalani”

Malam ini, aku ingin menuliskan sesuatu disana, menuliskan setiap rasa yang ada, harapan dan kesepianku, semuanya, agar ia membacanya. Namun kata lain yang pernah ia ungkapkan “ketika aku sudah merasa muak, aku ngga akan mau melihatnya lagi, sungguh, ngga mau melihatnya lagi” intinya seperti itu yang aku tangkap, meski kata yang dia ungkapkan tak persis seperti itu. ‘Berarti tak ada gunanya aku menuliskannya lagi, karna yang pasti ia tak akan membacanya lagi’ batinku. Tapi, ya sudahlah, aku akan tetap menulis. Justru mungkin lebih baik jika ia tak membaca-nya lagi, agar aku bisa bercerita dengan bebas tentang ungkapan hati, daripada dianggap sebagai jalan memelas atau membela diri (heheheh… ternyata sekarang grace, mulai berpikir “apa kata orang”). 

Aku akan terus menulis, karna jalan ini, aku yang jalani. Meski dia sudah tak peduli, semuanya tak akan berubah, karna hidup terus berjalan. Maka meski tak dibacapun tetaplah menulis, Grace. “Btw, emangnya lu mau nulis apa sih Grace?”. “Hehheehe…. Ngga tau juga sih. Ya udah deh…. Jalan lagi yuk”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi