Suatu waktu, ia mengatakan “dek….
Aku tuh sering lho mbuka dan mbaca blog-mu, kadang menanti sesuatu yang baru
disana, yang kamu tuliskan tentang hidup yang kamu jalani”
Malam ini, aku ingin menuliskan
sesuatu disana, menuliskan setiap rasa yang ada, harapan dan kesepianku,
semuanya, agar ia membacanya. Namun kata lain yang pernah ia ungkapkan “ketika
aku sudah merasa muak, aku ngga akan mau melihatnya lagi, sungguh, ngga mau
melihatnya lagi” intinya seperti itu yang aku tangkap, meski kata yang dia
ungkapkan tak persis seperti itu. ‘Berarti tak ada gunanya aku menuliskannya
lagi, karna yang pasti ia tak akan membacanya lagi’ batinku. Tapi, ya sudahlah,
aku akan tetap menulis. Justru mungkin lebih baik jika ia tak membaca-nya lagi,
agar aku bisa bercerita dengan bebas tentang ungkapan hati, daripada dianggap sebagai
jalan memelas atau membela diri (heheheh… ternyata sekarang grace, mulai
berpikir “apa kata orang”).
Aku akan terus menulis, karna
jalan ini, aku yang jalani. Meski dia sudah tak peduli, semuanya tak akan
berubah, karna hidup terus berjalan. Maka meski tak dibacapun tetaplah menulis,
Grace. “Btw, emangnya lu mau nulis apa sih Grace?”. “Hehheehe…. Ngga tau juga
sih. Ya udah deh…. Jalan lagi yuk”
Komentar
Posting Komentar