Langsung ke konten utama

Si Purba…..



Sabtu malam, pukul 17.30 WIB, aku berangkat ke Bekasi, kpengen ngunjungi keluarga, Pak Delima Purba. Setiba diterminal Bulak Kapal, Uda si Purba, udah nunggu, bersama Rafael si buah hatinya. Senang, ketemu Uda (Bapa Muda, adik dari ayah). Sambil jalan menuju rumahnya yang hanya kurang lebih seratus meter dari jalan raya (masuk kompleks perumahan), kami ngobrol ringan, termasuk tentang nanguda yang sedang sakit dan nggak bisa ngerjain pekerjaan RT.
Uda si Purba yang kukenal sejak kecil ternyata masih tetep sama sampai sekarang. Uda si purba yang kukenal adalah orang yang sangat radot (susah diterjemahkan, tapi kira2 maksudnya adalah sangat perhatian, terutama kebutuhan praktis orang lain, termasuk pekerjaan harian yg biasanya dilakukan perempuan). Ternyata selama ini (sebelum dan saat nanguda sakit), uda selalu bangun pagi bersama nanguda. Si Purba bekerja bersama nanguda, masak, nyuci, nyiapin keperluan anak yang mau berangkat sekolah dan memberi ciuman hangat untuk ketiga buah hati, sebagai bekal hari itu. Rumah selalu rapi, karena dia gesit melakukan pekerjaan RT. Nggak heran, meski nanguda sakitpun pekerjaan RT nggak menjadi terbengkalai. Malam hari sebelum anak-anak tidur, beliau ngingatin “pake autan ya nak.. biar nggak digigit nyamuk ntar malam”. Kalau anak anak tertidur sebelum pake autan, dia pasti make-kan autan pada masing-masing dan ngecek udah selimutan atau belum. J
Terharu. Jadi ingat si Purba (Bapak) yang ada dikampuang halaman. Udah gede segini aja, kalo pas aku lagi pulang libur sering kali aku tersadar kalo sibapak make-kan dan ngerapikan selimutku, padahal aku tidur dikamarku sendiri. Pernah beberapa kali aku sakit (demam, dll) dirumah, tahu-tahu ketika aku terjaga, si Purba sedang mijitin telapak kakiku dengan alat pijat refleksinya. Dari pengalamanku dan kata banyak orang, “yang punya suami marga purba itu adalah orang yang beruntung”. Karena si Purba itu, biasanya nggak banyak ngomong tapi perhatian banget.
Nah itu mengenai si Purba (laki). Cerita tentang Boru Purba (Perempuan) beda lagi. Kata orang, nggak banyak boru Purba na uli (Cantik) rupa, tapi ntah kenapa kebanyakan boru Purba itu punya suami yang cakep-cakep. “ah masa???!!!” eitsss… ada yang protes…. Soal ini, nti kita baca lagi di edisi berikutnya. Sekian dan terima kasih. Ahhahahahaha….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu