Ada suatu tradisi dikomunitasku untuk memberi kado sebagai hadiah pada perayaan HUT. biasanya kalo ada permintaan sesuai kebutuhan maka hadiah HUT itu akan diberi sesuai kebutuhan tersebut. pada HUT kali ini aku juga ingin meminta sesuatu yg aku butuhin, buku karangan Paulo Coelho yg berjudul "The Fifth Mountain". Saat aku memintanya, tak ada penolakan atau tanda keberatan. maka aku yakin bahwa pada HUT-ku akan mendapat kado buku itu. ternyata apa yang aku pikirkan, apa yang aku yakini, meleset. ternyata aku diberi kado berupa barang yang sebenarnya nggak sedang aku butuhkan. meski kalau dinominalkan harga barang itu jauh lebh mahal dari apa yang aku minta, namun rasanya (sekilas) aku merasa itu useless. ada rasa kecewa yang cukup berpengaruh pada perasaanku diawal hari.
Sambil mencoba memahami perasaanku dan berdamai dengannya, aku belajar bahwa:
- kadang kita meminta sesuatu yang kita butuhkan, menerima persis seperti yang kita butuhkan.
- kadang kita tak meminta, namun orang lain yang melihat bahwa kita butuh, lalu memberikan pada kita, bahkan diberi dengan melimpah.
- kadang juga kita diberi sesuatu yang sama sekali tak kita butuhkan dan merasa itu useless, namun siapa yang menyangka bahwa barangkali pemberian tersebut adalah titipan Allah yang harus kita sampaikan pada orang yang membutuhkan.
tampaknya refleksi terakhir ini terlalu suci, namun tak ada yang lebih membahagiakan ketika melihat sinar mata bahagia dari seseorang yang sedang membutuhkan, menerima pemberian yang kita anggap useless itu. bukankah itu merupakan sebuah bukti nyata?
So... dari pada menggerutu karna merasa tidak mendapatkan sesuai dengan apa yang kita butuhkan/minta, lebih baik belajar bersyukur, karena pasti ada rahmat dibalik segalanya itu. maka hatipun akan menjadi damai.
bukankah itu yang kita cari didunia ini???
mm
BalasHapusHi Nanimesia. gimana pendapatmu?
BalasHapus