Langsung ke konten utama

Refleksi HUT

           Ada suatu tradisi dikomunitasku untuk memberi kado sebagai hadiah pada perayaan HUT. biasanya kalo ada permintaan sesuai kebutuhan maka hadiah HUT itu akan diberi sesuai kebutuhan tersebut. pada HUT kali ini aku juga ingin meminta sesuatu yg aku butuhin, buku karangan Paulo Coelho yg berjudul "The Fifth Mountain". Saat aku memintanya, tak ada penolakan atau tanda keberatan. maka aku yakin bahwa pada HUT-ku akan mendapat kado buku itu. ternyata apa yang aku pikirkan, apa yang aku yakini, meleset. ternyata aku diberi kado berupa barang yang sebenarnya nggak sedang aku butuhkan. meski kalau dinominalkan harga barang itu jauh lebh mahal dari apa yang aku minta, namun rasanya (sekilas) aku merasa itu useless. ada rasa kecewa yang cukup berpengaruh pada perasaanku diawal hari. 
           Sambil mencoba memahami perasaanku dan berdamai dengannya, aku belajar bahwa:
  • kadang kita meminta sesuatu yang kita butuhkan, menerima persis seperti yang kita butuhkan. 
  • kadang kita tak meminta, namun orang lain yang melihat bahwa kita butuh, lalu memberikan pada kita, bahkan diberi dengan melimpah. 
  • kadang juga kita diberi sesuatu yang sama sekali tak kita butuhkan dan merasa itu useless, namun siapa yang menyangka bahwa barangkali pemberian tersebut adalah titipan Allah yang harus kita sampaikan pada orang yang membutuhkan. 
tampaknya refleksi terakhir ini terlalu suci, namun tak ada yang lebih membahagiakan ketika melihat sinar mata bahagia dari seseorang yang sedang membutuhkan, menerima pemberian yang kita anggap useless itu. bukankah itu merupakan sebuah bukti nyata?
So... dari pada menggerutu karna merasa tidak mendapatkan sesuai dengan apa yang kita butuhkan/minta, lebih baik belajar bersyukur, karena pasti ada rahmat dibalik segalanya itu. maka hatipun akan menjadi damai.

bukankah itu yang kita cari didunia ini???

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi