Langsung ke konten utama

Pernahkan engkau berada dalam sebuah penantian?




Pernahkan engkau berada dalam sebuah penantian?


Jika pernah ngalaminya maka kamu adalah orang yang tepat untuk mendengakan sharingku, karna engkau tahu bagaimana rasanya dan seperti apa prosesnya dan aku tak perlu menjelaskannya. Selain itu mungkin kamu orang yang tepat karena pengalamanmu bisa jadi pelajaran bagiku.
Sekarang kumulai. Begini. Setelah sesi hidup yang sebelumnya, ada dua impian besar yang aku punya diawal kehidupanku. Sejauh kusadari, aku adalah seorang yang nggak mau berhenti hanya pada sebuah pengharapan atau pemikiran ini dan itu. Maka sambil berharap pada Sang Hyang Punya, aku berjuang dan berusaha mewujudkannya. Doa, puasa dan kerja keras kulakukan.
Ada orang bilang berdasarkan pengalaman mereka “jika kamu percaya, berdoa dan berusaha, kamu pasti akan mendapatkannya” orang lain lagi mengatakan “jika kamu percaya dan berusaha meraih mimpimu, seluruh alam raya akan membantumu untuk mewujudkannya” dan aku sendiri juga pernah meyakini berdasarkan pengalamanku “jika aku punya mimpi, berdoa dan berjuang untuk mendapatkannya, aku yakin bahwa Gusti Pangeran nggak akan menutup mata untuk semua itu. Amin”. Nah.. berdasarkan pengalaman juga, ku sadar bahwa proses dan hasilnya nggak akan mulus-mulus aja. Mungkin bisa kugapai dengan mudah, atau justru aku perlu berdarah-darah dulu (pinjam kata-kata sso).
Nah, Berbekal keyakinan bahwa Allah nggak akan menutup mata jika kita berdoa dan berjuang, aku berusaha, berjuang untuk mimpi yang kupunya, hingga batas waktu yang ditetapkan. Ternyata usahaku gagal total. Ketika satu impian dan usaha itu ternyata gatot alias gagal total, kupikirkan alternative lain yang mungkin bisa membantuku untuk mewujudkan impian itu. ternyata hasilnya sama aja. Gatot. Sebagai manusia biasa aku sempat berputus asa dan bertanya pada Sang Hyang Kuasa. “God… what do You want? Apakah aku sangat berdosa sehingga doa, harapan dan usahaku tak Ngkau berkati?”
Seperti yang sudah-sudah, tak ada jawaban yang kudapatkan.
Dalam keputus-asaan, aku  menjadi pemberontak, yang selalu bertanya dan protest. Bahkan ketika doa Bapa Kami yang biasa menenangkan jiwa, kudengar (tak kuucapkan), hatiku langsung protest dan berkata “itu semua omong kosong”. Kusadari bahwa aku terhanyut dalam kekecewaanku dan menjadi seperti anak kecil yang permintannya untuk dibelikan petasan tak terkabul, seperti anak kecil yang tak diizinkan manjat pohon ditebing yang curam. Aku menjadi kekanak-kanakan. Keyakinan yang kuat tentang kekuatan keyakinan yang kumiliki, ternyata membuatku terkapar. Sebenarnya, secara pribadi aku juga nggak ingin berbicara dengan Dia, nggak ingin ketemu dengan Dia. Namun kuikuti saja keinginan jiwa, untuk datang kerumah-Nya meski hanya diam seribu bahasa, tanpa kata, tanpa pinta, tanpa harapan. Pengalaman ini mengajariku tentang sebuah pelajaran baru “berpegang teguh pada keyakinan memang baik namun jangan curahkan seluruh jiwa untuk menggapainya, karena meski keyakinan dan usaha sebesar gunungpun, jika Sang Hyang Kuasa tak berkenan, semua hanya akan menjadi kesia-siaan belaka. Untuk itu, kuputuskan untuk meninjau kembali keyakinan dan usaha yang kubangun, bahkan melepas idealism, keyakinan dan usaha yang kulakukan, lalu membuat langkah baru. Meski tak sesuai harapan namun semoga menjadi yang terbaik. Amen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi