November 2013,
sepupuku menikah di Serang-Banten. Seperti biasa ketika ada keluarga yang lagi
hajatan, keluarga yang kenal, yang nggak kenal sampai yang nggak kenal lagi
karena lama tak bersua pasti ngumpul. Nah… malam sebelum pesta, keluargaku dari
berbagai tempat datang dan berkumpul dirumah mamatuaku. Disana aku berkenalan
dengan seorang ibu (katanya dia adalah mamatua dari sepupuku, maka dia adalah
mamatuaku juga). Sebelum pembicaraan berlanjut, beliau menanyakan
“nih siapa?”
“aku anak dari
adiknya mamatua Mario mamatua. Mamaku nama kecilnya Rosintan”.
“siapa tuh? Wah saya
mah dah nggak kenal lagi”. setelah itu dia langsung nanyakan ma mamatua Mario
“siapa tuh Rosintan,
akang?”.
“Itu lho.. adikku
yang menikah sama si-Purba Pargitar i”.
“Ooooo…. Bilang dong
dari tadi… ai I do hape umakmu?! Molo I do hutanda do i” dan semua yang ngumpul
disana tertawa mendengar komentar mamatua tersebut.
Nah setelah itu
saya mau ngelanjutkan cerita dengan sharing mama ketika bekerja bareng mama
sepulang sekolah. Ketika itu, aku bertanya “gimana perkenalan dan cinta mama
sama bapak”. Lalu dengan semangat mama mulai cerita. Begini.
Waktu mama masih
gadis mama nggak suka sekolah. Bukan karena opung nggak punya uang untuk
nyekolahkan mama. Opung dolimu kan guru Kepsek, punya penghasilan tetap. Selain
itu opung borumu kan tokke kopi (saudagar kopi), dia punya kios minyak dan
punya sawah luas, kebun kopinya juga luas, mas-nya banyak dan mama juga
kebagian. Alasanku untuk nggak sekolah hanya karena nggak suka sekolah aja.
Nah.. karena aku
udah nggak sekolah, maka banyak yang datang martandang.
Nah yang nandangin mama waktu itu adalah si A dan si B (mereka ku kenal baik,
karena sampai saat inipun, tahun 2013, mereka tetap akrab, bahkan menjadi
sahabat yang sangat baik. Ale-ale untuk istilah bataknya). Nah waktu itu, amangposomu datang martandang (Pdkt untuk akhirnya jadi pacar), bersama 3 orang lain lagi
yaitu si B, si C dan si S. setiap kali mereka datang kerumah, si B dan si C
pasti ikut nimbrung ngobrol, tapi si S itu lain. sepertinya dia pemalu dan
pendiam. Kalo mereka datang, si S mesti duduk sendiri dipojok lain, sambil main
gitar atau kecapi. Sejujurnya dari segi
materi amangposomu yang manandangi
mama itu kelihatannya lebih berada, tapi nggak tahu napa, mama lebih suka ma si
S itu. Gitarnya mbuat mama nggak isa tidur. Mama jatuh cinta beneran sama si S
justru karna Gitarnya dan karna miskinnya.
Sejujurnya oppung nggak setuju kalo mama menikah
sama dia, salah satu alasannya adalah karena si S itu miskin dan mama masih muda
“kenapa justru dia yang kamu pilih? Kalo mau nikah mending sama si A yang mengepet (=meminta) untuk jadi pacar kau
itu”. Akhirnya karena nggak direstui, mama sama si S yang adalah bapakku
sekarang ini kawin lari. setelah menikah, tepatnya saat mama hamil 7 bulan,
mama sama bapak baru datang kerumah opung untuk minta maaf dan mohon doa restu.
Gitar/kecapi yang
selalu dimainkan bapak, ternyata membuat mama nekad untuk kawin lari. namun dia
sadar dengan apa yang orang bilang “kamu nikah bukan dengan gitarnya tapi juga
dengan orangnya…. Artinya karna dia sipogos-pogos
(miskin banget) kamu juga harus berjuang”, maka meski sebelumnya serba
berkecukupan namun akhirnya harus berjuang. Cinta yang mama punya untuk gitar
terutama pada sipemilik gitar membuatnya bisa survive dan menjadi pejuang yang paling hebat yang pernah kukenal. J dia adalah Malaikat yang padanya Tuhan menitipkanku
dan aku sangat mencintainya. Cinta mama dan perjuangannya karena cinta itu
menjadi teladan bagiku untuk mencinta.
Hehehehheheh….. moment
perkenalanku dengan mamatua yang ngenal mamaku “si Rosintan yang jatuh cinta tu
si par-gitar itu” mbuatku terkenang kembali, saat-saat mama dan aku bekerja
bersama di sawah sambil bercerita tentang hidup,
perjuangan dan cinta. Thanks mama, my
Beloved Angel who God give me in this world. Love you so much.
Komentar
Posting Komentar