30 November 2013, kuawali sebuah perjalanan
baru. Ada rasa bahagia, karena kumerasa seperti burung yang akhirnya terbang
mengangkasa, lepas dari sangkar emas dengan ikatan belenggu yang mencekik leher.
Ada sebuah harapan yang kian bersemi mekar dalam jiwa. Sejujurnya kusadari,
bahwa semua yang ada dihadapanku saat ini sebenarnya tak seperti yang kuharapkan,
namun kucoba membuka hati pada realitas yang ada didepan mata. Hidup itu memang
tak harus sesuai dengan apa yang kita harapkan. Setidaknya demikian pengalaman
mengajariku. Kadang idealism itu penting, sebagai alasan dan patokan untuk
berjuang. Namun ada kalanya kita harus membuat evaluasi, merelakan tuk melepas
idealism, membuka hati dan mata jiwa untuk anugrah (grace) lain yang Gusti
Allah sediakan. Mungkin itu yang dikehendaki oleh Sang Gusti Pangeran. Yang
perlu kita lakukan hanya memohon bimbingan Roh-Nya “ajarlah hatiku Ya Gusti,
tuk memahami jalan-jalan-Mu, agar kudapat berjalan, dijalan yang benar. Amen”
Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw
Komentar
Posting Komentar