Langsung ke konten utama

SENJA INI....


Senja ini....
Atta datang lagi. Sawah ini memang tempat yang selalu dikunjunginya, saat semuanya terasa berat dan tak pasti, saat kelelahan melanda jiwa dan raganya dan tentu saja juga saat hatinya sangat bersuka. Sawah ini menjadi saksi semuanya. Seperti biasa, duduk dibawah pohon bambu, yang sedari dulu menyambut-nya dengan riang. Sejenak pandangannya menyapu penjuru, seakan hendak meyakinkan bahwa semuanya masih seperti sediakala. Senyum yang tersungging dibibirnya menjadi ungkapan rindunya yang lepas di semesta. Sama seperti kedatangannya sebelumnya, dihabisakannya waktu hanya berdua dengan sang Semesta.
“Semesta....” dalam kehingan nan bisu dibukanya cerita dengan sapaan akrabnya.
“aku ingin bercerita pada-Mu tentang jalan yang kulalui bulan ini. Ku-awali ceritaku dengan sebuah keputusan yang kuambil atas hidupku. Aku berpikir bahwa semuanya akan berjalan dengan baik, meski badai pasti.. ya.. pasti akan kulalui. Yakin. Mantap. Penuh harap. Tentu saja penuh harap bahwa Engkau yang akan menemani aku.
Sambil menunggu saat yang 'ditentukan' tentu saja maksudnya ditentukan oleh mereka, kutapaki jalanku. Sebelum saat itu tiba aku sudah jatuh terhuyung huyung karena angin keras yang membuatku bertekuk lutut. Kami manusia menyebutnya 'sakit'. Aku yang biasa berlari seenak kakiku, bergerak kesana kemari hingga disebut kelinci kecil harus menahan diri untuk tidak kemana mana alias baring tok.. Untuk orang lain itu mungkin bukan apa-apa, tetapi untukku itu semua terasa sangat berat.
Selain itu diperjalanan kutemui angin kencang lain lagi, yaitu ketidakpastian. Banyak hal yang kurencanakan dan kumohonkan bantuan pada Sang Hyang Punya dan berharap mendapat seperti yang kurasa kubutuh, namun jawaban yang Dia beri rasanya selalu melenceng dari yang aku minta. Saat itu aku mulai tawar menawar, lalu teringat ungkapan salah seorang teman
“…..aku cuma bisa bantu nemani. Sisanya kekuatan-mu dan hubungan-mu dengan Tuhanmu yang berbicara :) akan semakin indah ketika ketidakpastian akan mengasah iman-mu.
Ya... saat ini aku memang memasuki saat menunggu dalam ketidakpastian itu, meski kusadar ini belum apa-apa, masih permulaan, yang berarti bahwa ketidakpastian berikutnya akan menyusul. Maka satu pinta-ku, semoga aku tak pernah lupa “Holong ni Roha dohot balga ni asi-Mi, asa unang mate api Harapan na di rohakki, O Debatakku Na Burju

Angin semilir yang menyapu wajah Atta dan kabut senja hari yang perlahan turun memberi batas pandang di matanya, menjadi isyarat bahwa perjumpaan senja ini telah berakhir, perjalanan akan dilanjutkan. Atta merentangkan tangan memeluk semesta yang memberinya energi baru 'tuk menapaki kembali jalan cinta yang panjang. “Penguasa Semesta.....SEMUA ini karna CINTA-ku pada-MU”.
Padi dan kodok yang sedari tadi menemani dalam diamnya melanjutkan gema suara jiwa yang bergaung panjang dalam kedamaian bayu senja hari ini. God... Thank u :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan setahun, tahun lalu- hingga tanggal ini tahun ini

     Genap setahun aku menjalani hidup ini, di dunia yang berbeda dengan yang sebelumnya. Jika harus menyimpulkan dengan satu kata aku mengalami masa setahun ini dengan masa galau tingkat tinggi. Kegalauan ini terutama berkaitan dengan pengalaman perjalanan hati di dua periode. Periode pertama dan kedua sama-sama mengenaskan. Periode pertama ceritanya begini. Kusadari bahwa ada rasa cinta pada seseorang. Jiwa dan raga, seluruhnya terarah padanya. Namun ternyata aku hanya berbicara pada telinga yang tertutup, hati yang beku dan bisu. Aku berteriak pada batu karang. Pintu yang kuketuk ngga ada penghuninya, namun hatiku masih bilang “ia ada dirumah, ia hanya belum dengar suaraku” namun semakin keras memanggil, semakin kuat pintu itu terkunci. Suaraku akhirnya parau dan aku kehabisan tenaga, lelah jiwa dan raga. Seperti anak-anak, yang memanggil-manggil mamanya, namun tak didengar, aku sedih, marah dan berontak. Semua kuanggap sampah dan tak berarti. Tak ada harapan, ...

Perjalanan II

29 Juni 2014. Karna baru bisa tidur setelah subuh, maka hari ini Icha bangun siang. Waktu telah menunjukkan pukul 09:30 WIB, saat Icha terjaga dari tidurnya. Mungkin jika telephone selulernya tak berbunyi ia masih terlelap dalam tidurnya. Untung hari ini adalah hari libur jadi bangun siang tak jadi soal. Setelah menyegarkan diri dengan mandi dan minum susu segelas, Icha berniat hendak meditasi. Diambilnya sikap duduk yang enak dan mulai menjelajah di-alam kesadaran yang dalam (meditasi). Ketika nafas telah tenang, mata terpejam, dipersilahkannya sang Khalik berbicara. Namun ia terperanjat ketika peristiwa yang membangunkannya dari tidur tadi malam, ternyata hadir kembali dengan nyata dalam peziarahannya siang ini. Setelah ditanyakannya pada ruang batin, ia dibawa kembali pada rasa takutnya pada peristiwa mencekam dihari sebelumnya. Dan……… lalu gelap. Perlahan Icha membuka mata, diakhirinya meditasi siang ini. Ia mulai memasak dan bergegas hendak ke gereja.   Sekem...

Pejalanan III

1 Juli 2014 Semesta.. aku ingin bercerita tentang perjalanan hari ini. Tadi malam aku bermimpi lagi. Dalam mimpi itu ada adegan yang temanya “mau kondangan”. Ada mama, adekku (mama Togi), ka Puninta dan beberapa keluarga dekat lainnya. Kami semua sedang berkemas, dandan, mau pergi kondangan. Bajunya warna dominan hijau, warna yang aku suka. Dandananku sangat sederhana namun aku suka. Sedangkan yang lainnya termasuk mama, semuanya dengan polesan bedak yang lumayan tebal, tapi pucat, sampai aku agak-agak kesulitan untuk mengenali mereka. “sebentar… aku coba ngeliat kalian satu persatu dulu, biar ntar aku bisa ngenalin kalian satu persatu” ujarku sambil tertawa namun serius. Tiba-tiba ketika acara dandan masih berlangsung, hujan deras turun dan aku harus naik perahu untuk pergi kesuatu tempat, mencari sesuatu (bekal perjalanan, kurang jelas apa itu), setelah itu kembali lagi ketempat mama dan yang lainnya, dan mereka masih disana. Lalu kami berangkat dengan kendaraan, ngga jelas ...