Layaknya gelombang
elektromagnetik demikian juga dengan gelombang cinta. Ketika keduanya
memiliki gelombang yang sama maka gelombang tersebut akan gayung
bersambut di udara. Namun jika yang memiliki gelombang hanya sepihak
maka gelombang yang terkirim itu akan ambyar diudara, kemudian
sebagian akan kembali pada pemiliknya dan sebagian lagi akan menyatu
dengan semesta. Demikian kata takdir, dalam selimut bayu senja hari
ini.
Genap setahun aku menjalani hidup ini, di dunia yang berbeda dengan yang sebelumnya. Jika harus menyimpulkan dengan satu kata aku mengalami masa setahun ini dengan masa galau tingkat tinggi. Kegalauan ini terutama berkaitan dengan pengalaman perjalanan hati di dua periode. Periode pertama dan kedua sama-sama mengenaskan. Periode pertama ceritanya begini. Kusadari bahwa ada rasa cinta pada seseorang. Jiwa dan raga, seluruhnya terarah padanya. Namun ternyata aku hanya berbicara pada telinga yang tertutup, hati yang beku dan bisu. Aku berteriak pada batu karang. Pintu yang kuketuk ngga ada penghuninya, namun hatiku masih bilang “ia ada dirumah, ia hanya belum dengar suaraku” namun semakin keras memanggil, semakin kuat pintu itu terkunci. Suaraku akhirnya parau dan aku kehabisan tenaga, lelah jiwa dan raga. Seperti anak-anak, yang memanggil-manggil mamanya, namun tak didengar, aku sedih, marah dan berontak. Semua kuanggap sampah dan tak berarti. Tak ada harapan, ...
Komentar
Posting Komentar