Langsung ke konten utama

DI PERSIMPANGAN JALAN

Paskah.??!! Yah..kata orang hari ini adalah hari Paskah. Memang benar ini hari paskah. Gereja-gereja merayakannya dengan begitu meriah, umat menyambutnya dengan antusias dengan beragam persiapan dan rencana-rencana yang spektakuler untuk menandai hari kemenangan ini. Akupun melakukan apa yang seharusnya dan apa yang telah kami rencanakan. Persiapan lahiriah dan batin telah direncanakan dan dapat dijalankan dengan baik (menurutku..). Ah.. seperti tahun-tahun sebelumnya, jika ada sesuatu yang mengganjal tentunya itu bisa segera diatasi dan tidak menjadi masalah yang berlarut-larut. Toh setelah itu aku dapat menikmati lagi hari bahagia ini. Tetapi kali ini berbeda….

Di Persimpangan Jalan                                Minggu, 31 maret ’13 (22.10 pm)
Sore itu, seekor kupu-kupu melintas di sebuah padang yang sangat luas. Umurnya baru 5 hari sejak ia keluar dari kepompongnya. Matanya yang bening memandang jauh kedepan, menghayalkan sesuatu yang ingin ia raih, namun belum juga nampak. Hanya padang datar, tampak seperti tanpa batas. Tak terjangkau namun nyata dihadapannya. Sang kupu berdiri di persimpangan jalan, memandang dan terus memandang sekelilingnya, tak ada sesuatu yang ditemui, kecuali reruntuhan kepompongnya yang mulai memudar sejak ia tinggalkan.
“Hei….!!! sedang melamun ya..?”  Teriak Kunang-Kunang mengagetkan kupu.
“Eh.. kamu.., iya kamu mengagetkan saja. Mengapa kamu ada di sini..? bukannya sekarang masih sore..??”
“Emang  gak boleh ya.., kalau aku keluar sore..?! aku lihat kamu sendirian di sini , makanya aku datang..”
“Oh….., terima kasih.” jawab kupu-kupu singkat.
“ Padangnya indah ya…, luas.”
“Iya.”
“Kamu sudah lama di sini..?”
“Sudah.”
“Sendirian..??!!”
“Iya.”
“Eh.kupu…,” Kunang-kunang bercerita dengan semangat.. “Beberapa waktu lalu, teman-temanku semut melihat kepompong di sini, mereka mau mengusungnya ke tempat yang teduh. Maksudnya sih baik supaya tidak kepanasan di sini. Tapi aku bilang jangan!.. bairkan kepompong itu, jangan di ganggu, beri dia sedikit waktu…, pasti nanti ada sesuatu yang terjadi. Dan….eh,, ternyata kamu yang keluar jadi kupu-kupu. Benar kan..? kepompong itu milikmu ya..?!
“Iya, benar.” Jawabnya singkat
“Woowww. Keren…... “ kunang-kunang melanjutkan.
“Sejak kau keluar dari kepompongmu, aku terus memperhatikanmu. Aku mengikutimu kemana engkau pergi. Kemarin, waktu  kamu sampai di sungai, kamu terlihat senang sekali. Aku juga senang… Ingat gak waktu kita cerita tentang ikan mas yang terjebak dalam lumpur …, terus kita cerita lagi tentang nyamuk-nyamuk yang menjadi sahabatmu, dan kamu kenalkan padaku.  Yah… pokoknya seru deh.., aku senang dan sejak saat itu, aku merasa dekat denganmu..”
‘Oh iya,, terima kasih kamu masih mengingat semuanya”. Sahut kupu-kupu dengan suara yang agak parau.
“Hei…ada  sesuatu di matamu. Apakah itu air mata…??!. Ah kamu bercanda teman, belum pernah aku lihat ada seekor kupu –kupu yang menangis. Mengapa bisa begini..?? apa yang terjadi…??
“ Tidak..” kembali jawab kupu singkat.
‘Ayolah teman,, aku sudah mengenalmu dan aku tahu, pasti sesuatu telah terjadi. Kamu gak suka ya.. kalau aku cerewet sama kamu..ayolah, ada apa to..?? boleh aku mendengar ceritamu..??
Kembali tidak ada jawaban yang keluar dari kupu-kupu. Kunang-kunang pun tak berani berkutik. Suasana menjadi sepi dan sunyi. Perlahan-lahan sang kupu mundur dan beranjak dari tempatnya , diikuti oleh kunang-kunang. Sore itu seolah cerita sudah di tutup. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Semua dianggap sebagai pertemuan dan percakapan biasa, seperti yang sudah-sudah. Dan memang demikian, sejak saaat itu semua berjalan seperti biasa.

Beberapa hari telah berlalu…
Kembali di persimpangan jalan, kupu-kupu bertemu dengan sahabat-sahabatnya, bercerita tentang hidup mereka, seru dan penuh arti. Sebuah cerita yang membawa pada suatu kenyataan, bahwa segala sesuatu mempunyai konsekuensi. Pilihan tak dapat dipaksakan. Rasa tak bisa disalahkan. Tujuan tak boleh dibelokkan, dan hidup tak dapat dipermainkan.. ya, itulah kehidupan. Persimpangan jalan menjadi saksi semua cerita ini.
Meski hati tak jenak, namun semua harus berjalan seperti biasanya. Seperti yang sudah-sudah. Seperti seekor ulat yang diberi waktu untuk tinggal dalam kepompongnya. Tak perlu banyak bicara, dia hanya butuh diam dan mengikuti apa yang seharusnya terjadi. Tinggal menunggu waktu saja….pasti sesuatu akan terjadi.
Beberapa hari telah berlalu…..
Kunang-kunang heran melihat perubahan yang terjadi pada temannya, sudah beberapa hari tidak mendengar berita tentang kupu-kupu. Sejak saat di tinggalkan di persimpangan jalan itu, ia menyimpan banyak pertanyaan. Kini ia melihatnya sendiri lagi, dan tak ragu lagi menghampirinya.
Kembali terjadi di persimpangan jalan itu…
“Teman……”  tiba-tiba kupu-kupu membuka percakapan. “waktu itu engkau menanyakan tentang air mata itu kan..?? Sejak awal aku sudah merasa bahwa sesuatu akan terjadi..??!”, 
Dia mulai berkisah.., “Sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya. Hatiku rasanya selalu ingin menangis, namun aku tidak tahu dan tidak mendapatkan  alasan yang kuat untuk menangis.. aku tidak tahu mengapa rasa itu terlalu kuat kualami.  Dapatkah seekor kupu-kupu yang sudah terbang kembali lagi untuk masuk kedalam kepompongnya..? “
“Rasanya tidak mungkin..!!” Sahut kunang-kunang
 “Yah…tidak mungkin itu terjadi ..!!” Sang teman menambahkan. “ Lalu bagaimana ?, sayapku seakan lemah lagi, tak mampu untuk terbang lebih jauh. Aku sebenarnya sudah merelakan untuk melepas selaput-selaput kepompongku, aku ikhlas dengan semuanya, bahwa apa yang sudah kualami ini adalah bagian dari hidup yang harus terjadi padaku. Tidakkah kamu tahu bahwa kesendirian itu memilukan..?? aku telah banyak mengalami itu, dan selama ini aku dapat melewatinya. Namun untuk saat ini aku megalami ketakutan.  Aku takut kehilangan lagi….sahabat-sahabatku. Aku ingin terbang bersama mereka.., mereka yang selama ini bersamaku, mereka yang telah menjadi bagian dari ceritaku, dan mereka yang juga telah menungguku di bawah pohon rindang. Sekarang aku hanya bisa berdiri di persimpangan jalan ini, tak berani melangkah. Aku memandangi hamparan luas di hadapanku, dan sesekali aku pun melihat reruntuhan dari selaput kepompongku.. yah aku hanya berdiri disini.  Aku tahu bahwa akan banyak sahabat-sahabatku yang lain yang akan terbang bersamaku, akan ada banyak sahabat yang menyapaku…, dan akan ada banyak sahabat yang membantuku. Ya… aku yakin itu”.
“Lalu.. apa yang membuatmu takut..??!” Tanya kunang-kunang
“Teman….mungkin engkau sudah pernah mengalami bagaimana harus bertahan dalam kesendirian. Mungkin jika kesendirian itu ada sejak awal, akan berbeda. Pernahkah kau rasakan kesendirian karena sebuah kehilangan..??!  bukan mudah mencari yang hilang…bukan mudah mengejar impian.., namun yang jauh lebih sulit adalah mempertahankan apa yang telah ada.., karena yang tergenggam bisa terlepas.., dan yang terikat kadang membelenggu…. Aku takut dan tidak siap menghadapi ini, sementara aku hanya mempunyai sedikit waktu….”
“Iya.. aku mengerti.” Kunang-kunang tak dapat bicara lebih banyak lagi.
Kupu-kupu melanjutkan “ Aku tahu, meskipun aku dapat terbang dengan banyak sahabat, ataupun tinggal dengan banyak teman, aku akan memulainya seorang diri. Mulai mengalami sendiri,  memulai langkah dengan langkahku sendiri dan mulai terbang dengan sayapku sendiri, kesendirian itu akan ku alami lagi… entah sampai kapan. Dan itulah yang membuatku pilu. Mengertikah engkau akan perasaanku ini..??”
“Iya… aku mengerti.., aku mengerti..” Keduanya tak dapat berkata-kata lagi…….

Kehilangan dan kesendirian ….. adalah sesuatu yang sering mengundang air mata.
Air mata terkadang lebih special dari pada senyuman….
Karena senyuman bisa diberikan kepada siapa saja,
Tapi air mata hanya bisa diberikan kepada orang yang kita sayangi….
Namun, adanya air mata bukan berarti menghilangkan sebuah senyuman
Hari ini hari Paskah, nenek bilang hanya boleh ada air mata kebahagiaan……
Maka, tetaplah tersenyum….
   

Komentar

  1. mbaca kisah ni lagi... rasanya mbuat hati pilu
    tapi aku bersyukur
    karna dengannya aku sadar akan arti cinta yg tulus, sahabat yang sebenarnya, realitas hidup dan IMAN.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi