Suatu malam, saat masih duduk di bangku kelas 2 SD,
diterangi cahaya lampu teplok disudut ruangan,
aku duduk disisi tempat tidur orang tuaku. Kami ngobrol tentang masa depan.
Ayahku terkejut mengetahui bahwa aku punya cita-cita, sama seperti yang dia ungkapkan ketika pertama kali aku menghirup nafas dunia. padahal sebelumnya Beliau tak pernah mengungkapkannya padaku.
tak terasa, saat ini hampir 10 tahun, aku menjalani hidup dan cita-citaku sebagai parhobas ni Dewata-i.
Hari ini kucoba 'tuk kembali menelusuri kembali lorong-lorong yang pernah kulalui,
bersama Junjungan-ku, Gusti Pangeran, Ia juga adalah sahabatku.
Ada masa-masa indah yang membuatku berdecak kagum,
masa dimana aku dan Dia, bersama-sama menuliskan kisah dalam buku harianku,
bersama-sama meliukkan goresan pensil diatas kanfas kehidupanku.
dan memberi warna untuk menghiasnya. Aku ingat saat itu, saat itu aku merasa Sangat Bahagia.
@ Sisi lain perjalanan itu, adalah sebuah perjalanan seru. Kami berjalan beriringan, kadang-kdang aku juga meninggalkannya dan pergi ke sisi-sisi jalan, merambah dunia dan jurang-jurang terjal.
Jiwa mudaku dan hasratku untuk bertualang, membelokkan langkahku dari jalur yang kami sepakati bersama. Aku pikir Dia tidak tahu, ternyata sejauh apapun jarak lariku, Dia mendengar suaraku, apalagi ketika aku berteriak memanggilnya, Dia pasti datang.
Ia datang ketika aku terperosok dan jatuh. heran, knapa Ia selalu setia, dan menyambutku.
Ia tak mengadili atau menggertakku "syukurin.... siapa suruh jadi anak nakal" ketika aku tak sanggup naik dari jurang
@ Aku ingat pada suatu titik perjalanan, Ia membiarkan aku yang menentukan perjalanan,
Ia mengijinkan aku yang menentukan caraku. karena ini caraku maka kupikir Ia tak akan peduli.
ketika jalananku aman, aku menikmatinya. boro-boro nanya/ diskusi dengan Ia, ingatpun ndak.
namun ketika aku perlu teman ngobrol, ketika aku butuh bantuannya, Dia selalu ada.
"Gusti Pangeran, Kamu jalan dimana sih? knapa langsung ada ketika aku menyebut nama-Mu? knapa selalu ada ketika aku membutuhkan-Mu?" lagian Kamu ini juga aneh. kadang-kadang suaranya kedenaran tapi wujudnya nggak tahu dimana?"
ya benar. aku memang tak menemukanmu dalam petualanganku. tapi menemukanmu dalam keheningan ketika aku mau masuk ke puri batinku. disana kutemukan jawaban bahwa "Engkau tinggal di dalam aku, menuntunku tanpa kata, mengajariku tanpa diktat, namun dengan cinta yang tak bersyarat, kasih yang tak mengharuskan, kesetiaan yang tak menuntut.
So Thanks Junjunganku, Sahabatku dan Guruku. Love U
diterangi cahaya lampu teplok disudut ruangan,
aku duduk disisi tempat tidur orang tuaku. Kami ngobrol tentang masa depan.
Ayahku terkejut mengetahui bahwa aku punya cita-cita, sama seperti yang dia ungkapkan ketika pertama kali aku menghirup nafas dunia. padahal sebelumnya Beliau tak pernah mengungkapkannya padaku.
"aku ingin boruku nti' jadi Parhobas Ni Dewata-i".Mendengar cerita itu, aku meyakini bahwa ungkapan ayahku adalah doa-nya dan harapan-nya.
tak terasa, saat ini hampir 10 tahun, aku menjalani hidup dan cita-citaku sebagai parhobas ni Dewata-i.
Hari ini kucoba 'tuk kembali menelusuri kembali lorong-lorong yang pernah kulalui,
bersama Junjungan-ku, Gusti Pangeran, Ia juga adalah sahabatku.
Ada masa-masa indah yang membuatku berdecak kagum,
masa dimana aku dan Dia, bersama-sama menuliskan kisah dalam buku harianku,
bersama-sama meliukkan goresan pensil diatas kanfas kehidupanku.
dan memberi warna untuk menghiasnya. Aku ingat saat itu, saat itu aku merasa Sangat Bahagia.
@ Sisi lain perjalanan itu, adalah sebuah perjalanan seru. Kami berjalan beriringan, kadang-kdang aku juga meninggalkannya dan pergi ke sisi-sisi jalan, merambah dunia dan jurang-jurang terjal.
Jiwa mudaku dan hasratku untuk bertualang, membelokkan langkahku dari jalur yang kami sepakati bersama. Aku pikir Dia tidak tahu, ternyata sejauh apapun jarak lariku, Dia mendengar suaraku, apalagi ketika aku berteriak memanggilnya, Dia pasti datang.
Ia datang ketika aku terperosok dan jatuh. heran, knapa Ia selalu setia, dan menyambutku.
Ia tak mengadili atau menggertakku "syukurin.... siapa suruh jadi anak nakal" ketika aku tak sanggup naik dari jurang
@ Aku ingat pada suatu titik perjalanan, Ia membiarkan aku yang menentukan perjalanan,
Ia mengijinkan aku yang menentukan caraku. karena ini caraku maka kupikir Ia tak akan peduli.
ketika jalananku aman, aku menikmatinya. boro-boro nanya/ diskusi dengan Ia, ingatpun ndak.
namun ketika aku perlu teman ngobrol, ketika aku butuh bantuannya, Dia selalu ada.
"Gusti Pangeran, Kamu jalan dimana sih? knapa langsung ada ketika aku menyebut nama-Mu? knapa selalu ada ketika aku membutuhkan-Mu?" lagian Kamu ini juga aneh. kadang-kadang suaranya kedenaran tapi wujudnya nggak tahu dimana?"
hm..... Ya."Duduklah, hening dan coba rasakan. Rasakan saja. keheningan itu dan perasaan yg jujur akan membawamu untuk menemukan jawaban yang kamu cari"
ya benar. aku memang tak menemukanmu dalam petualanganku. tapi menemukanmu dalam keheningan ketika aku mau masuk ke puri batinku. disana kutemukan jawaban bahwa "Engkau tinggal di dalam aku, menuntunku tanpa kata, mengajariku tanpa diktat, namun dengan cinta yang tak bersyarat, kasih yang tak mengharuskan, kesetiaan yang tak menuntut.
So Thanks Junjunganku, Sahabatku dan Guruku. Love U
Komentar
Posting Komentar