Semester 5 diakhiri dengan ujian akhir semester.
salah satu mata kuliah yang aku ambil semester 5 adalah Psy perubahan sosial,
salah satu mata kuliah yang sangat aku sukai di semester ini.
seperti biasa setelah ujian aku dan teman-teman menunggu hasil berupa nilai
aku memperkirakan bahwa untuk matakuliah ini aku bisa dapat nilai yang memuaskan
eeeeehhhh ternyata ..........
mataku terbelalak seperti bola pimpong ketika melihat angka yang ada di deretan namaku, SAS-46.
tanpa mencoba untuk menghitung dan mengkalkulasikan dengan nilai STS, sesuatu yang sama sekali tidak pernah kubayangkan terlintas dipikiranku. Ngulang. My God.... mati aku.
rasanya dunia hancur jika aku harus ngulang.
badanku lemas, pikiranku kacau, sedih, dan marah.
aku mengarahkan pandanganku "keluar"
mulai nyalahin dosen yang nggak ngasih SAP dan transparansi nilai seperti yang seharusnya.
aku marah ma dosen yang nurutku nggak transparan soal bobot nilai
dan aku mulai nyalahin temen kelompok untuk kelalaian bersama, tugas kelompok yang telat ngumpulin dan akhirnya nggak dinilai, padahal bobotnya besar.
pertanyaannya adalah apakah semua itu salahnya orang lain? atau malah mungkin itu justru salahku.
maka untuk itu dalam kegalauan dan rasa capek itu aku mencoba melihat "ke dalam"
aku mencoba untuk mulai mengarahkan pandanganku "kedalam" dan refleksi
ketika itu aku tersadar bahwa
So God... thanks untuk pengalaman ini. thanks untuk kegagalan yang menyadarkan aku bahwa aku perlu gagal dan akhirnya belajar melihat kedalam diri.
Thanks untuk RAHMAT yang MENGAGUMKAN dari guru "kegagalan" ini. Thank u very much.
ya. aku boleh gagal dan aku bahagia karenanya.
toh nilai dan kegagalan itu bukan segalanya dalam hidupku.
That's Not All My Life. so fight Pure. Met belajar lagi di fakultas kehidupan.
salah satu mata kuliah yang aku ambil semester 5 adalah Psy perubahan sosial,
salah satu mata kuliah yang sangat aku sukai di semester ini.
seperti biasa setelah ujian aku dan teman-teman menunggu hasil berupa nilai
aku memperkirakan bahwa untuk matakuliah ini aku bisa dapat nilai yang memuaskan
eeeeehhhh ternyata ..........
mataku terbelalak seperti bola pimpong ketika melihat angka yang ada di deretan namaku, SAS-46.
tanpa mencoba untuk menghitung dan mengkalkulasikan dengan nilai STS, sesuatu yang sama sekali tidak pernah kubayangkan terlintas dipikiranku. Ngulang. My God.... mati aku.
rasanya dunia hancur jika aku harus ngulang.
badanku lemas, pikiranku kacau, sedih, dan marah.
aku mengarahkan pandanganku "keluar"
mulai nyalahin dosen yang nggak ngasih SAP dan transparansi nilai seperti yang seharusnya.
aku marah ma dosen yang nurutku nggak transparan soal bobot nilai
dan aku mulai nyalahin temen kelompok untuk kelalaian bersama, tugas kelompok yang telat ngumpulin dan akhirnya nggak dinilai, padahal bobotnya besar.
tapi....nggak bijak juga sih kalo aku cuma ngeliat sisi missing-nya yang lain.
pertanyaannya adalah apakah semua itu salahnya orang lain? atau malah mungkin itu justru salahku.
maka untuk itu dalam kegalauan dan rasa capek itu aku mencoba melihat "ke dalam"
aku mencoba untuk mulai mengarahkan pandanganku "kedalam" dan refleksi
ketika itu aku tersadar bahwa
"oh iya ya, ternyata selama iniaku cukup membanggakan prestasiku dan nilai2 mat-kulku yang cukup gemilang, kadang-kadang aku juga merasa sedikit sombong karenanya,dengan keterlibatanku dalam proses perkuliahan.ternyata ada rasa sombong ketika aku nggak pernah ngulang sementara yang lain harus ngulang beberapa kali.aku juga sadar bahwa ternyata aku jaga ngganggap enteng tugasku itu,menunda dan lain-lain, dan lainnya lagi." itu semua bukan karena orang lain tapi karena aku
"kecenderungan manusia adalah ketika masuk dalam situasi unwanted cenderung impulsive,langsung mencari kambing hitam. enggan untuk tunduk, memandang ke puri batin"
Thanks untuk RAHMAT yang MENGAGUMKAN dari guru "kegagalan" ini. Thank u very much.
ya. aku boleh gagal dan aku bahagia karenanya.
toh nilai dan kegagalan itu bukan segalanya dalam hidupku.
That's Not All My Life. so fight Pure. Met belajar lagi di fakultas kehidupan.
Komentar
Posting Komentar