“Oh Gusti… dihadapan alam semesta, yaitu tiupan kering angin dibelantara ini, dihadapan pohon yang meranggas dan sepinya waktu tanpa kicauan burung, aku datang kehadapan-Mu. Menghadap-Mu hendak menyerahkan segenap hati jiwa dan ragaku pada-Mu. Engkau tahu segala sesuatu yang ada dihati, jeritan dan tangis, tawa dan syukur, harapan dan keputusasaan, sesal dan tobat, berontak dan marahku. Semua itu kubungkus dalam kotak ini. kotak rahasia hati dan jiwaku. Kuletakkan kedalam tangan-Mu dan kupasrahkan pada-Mu. Semua terserah pada-Mu. Jika engkau hendak membukanya, silahkan. Jika kotak itu Engkau biarkan saja, silahkan dan jika ternyata engkau ingin membuangnya kelaut juga silahkan. Semuanya kuserahkan kembali kedalam tangan-Mu. Gusti, nyuwun pangapunten”
“Oh Gusti… dihadapan alam semesta, yaitu tiupan kering angin dibelantara ini, dihadapan pohon yang meranggas dan sepinya waktu tanpa kicauan burung, aku datang kehadapan-Mu. Menghadap-Mu hendak menyerahkan segenap hati jiwa dan ragaku pada-Mu. Engkau tahu segala sesuatu yang ada dihati, jeritan dan tangis, tawa dan syukur, harapan dan keputusasaan, sesal dan tobat, berontak dan marahku. Semua itu kubungkus dalam kotak ini. kotak rahasia hati dan jiwaku. Kuletakkan kedalam tangan-Mu dan kupasrahkan pada-Mu. Semua terserah pada-Mu. Jika engkau hendak membukanya, silahkan. Jika kotak itu Engkau biarkan saja, silahkan dan jika ternyata engkau ingin membuangnya kelaut juga silahkan. Semuanya kuserahkan kembali kedalam tangan-Mu. Gusti, nyuwun pangapunten”
Komentar
Posting Komentar