7 September 1980 -7 September 2020
Tuhanku, Pandanglah aku.
kemaren adalah hari ulang tahunku yang kesekian, dan seperti biasa saat merayakan HUT-ku, rasa yang muncul itu kenapa yah warnanya mesti sama. Rasa gundah, gelisah dan hampa. seperti pengulangan rasa yang sudah terjadwal.
seperti biasa di hari Ultah, ada saja yang mengucapkan salam dan doa untukku. tahun ini ucapan salam itu datang dari salah seorang rekan susterku dulu. senang banget rasanya. seakan memori kehangatan yang pernah hadir dari kebersamaan saat itu mencuat kepermukaan. Tapi itu hanya sejenak, karna kenangan yang lain juga tak mau kalah, hadir secara nyata dalam hatiku.
Kala itu, setelah membuat pertimbangan kuputuskan untuk meninggalkan cara hidup sebagai selibater. Maksud itu kuutarakan kepada pimpinan dan akhirnya dikabulkan, karna masing-masing punya kebebasan untuk memilih cara hidupnya. meski demikian, saya yang adalah bagian dari tubuh organisasi juga adalah saudara bagi para susterku. Sebagai saudara tentunya mereka mencintaiku, memiliki impian dan harapan tentangku untuk masa depan kongregasiku. Namun, meski masing-masing punya kebebasan untuk memilih namun karena harapan dan cinta yang terlalu besar padaku, membuat sesama suster terkejut dan sangat kecewa atas pilihanku. Harapan besar yang mereka sematkan dipundakku akhirnya menjadi kecaman, kekecewaan yang mereka tunjukkan dengan berbagai cara:
- Diam. tak sedikit yang memilih diam sambil memandang sinis. adapula yang diam sambil menarik nafas berat. tp ada juga yang memilih diam sambil berdoa, iklas dengan keputusanku.
- Ngomel. ada yang berbicara langsung, ada juga yang berbicara pada orang lain tentang aku yang ada tak jauh dan dengan jelas bisa mendengar pembicaraan bahkan bisikan mereka.
- Antara doa atau kutukan. Terus terang, akupun terkejut dengan isi doa/kutukan dari seseorang yang dengan yakin mengatakan bahwa karena pilihan yang ku ambil aku akan menjadi penghuni neraka. hidup akan susah dan tidak akan ada berkat bagiku. jika satu org yang membekaliku dengan ungkapan seperti itu mungkin bisa kuanggap bahwa memang tak semua orang akan menerima setiap keputusan. tp jika ternyata ada dua atau 3 org, tanda apakah ini Tuhan?
"Tuhan... benarkah bahwa justru doa itu yang Engkau dengarkan?. aku merasa kutukan itu menjadi nyata. benarkah bahwa justru kutukan itu yang Engkau kabulkan?"
"Ampunilah aku Tuhan. Kasihanilah aku ya Tuhan. aku sadar bahwa aku ini tak pantas bahkan untuk disebut hamba-Mu. Namun mohon bersabdalah satu kata saja, maka aku akan sembuh, lepaskanlah aku dari belenggu ini"
_____________________________________________________________________________
Komentar
Posting Komentar