Langsung ke konten utama

Berawal dari Pertanyaan "Kenapa sampai cerai? "




Sebagai seorang HRD, banyak orang yang sudah aku interview. Dalam proses itu, saya bertemu dengan banyak orang, dengan berbagai tipe dan karakter yang unik, berbagai latar belakang pekerjaan, usia dan minat. Satu hal menarik yang seringkali menusuk hati adalah status perkawinan. Banyak orang yang tinggal dijakarta yang usianya udah cukup untuk menikah, namun tetep single/belum menikah juga. Bukan hanya yang penghasilannya rendah, tapi juga yang penghasilannya cukup besar menurut ukuran karyawan. Ops, tunggu dulu. Bukan ini topic yang tadi kusebutkan menarik hatiku. Hal yang menarik hatiku adalah status single yang lain. Single karena cerai hidup. Aku merasa miris jika mendengar atau membaca perkawinan dengan status seperti ini. apalagi sebenarnya sudah ada anak, buah dari perkawinan mereka. pertanyaan yang muncul dalam hati adalah “knapa? knapa harus sampai cerai? tidak adakah  cara atau solusi lain sehingga perceraian tidak terjadi?”


Tahun 2015 ini aku merasa lebih siap untuk berpikir tentang pernikahan. Kalo mau tau soal perasaan hati sih, bisa dibilang aku excited tapi takut. Takut, karena pernikahan akan membawaku pada situasi yang tak biasa lagi. Akan ada orang lain, dengan karakter yang berbeda, hidup denganku. Aku tak tahu apakah kami bisa mengharmonikan sikap, pikiran dan perasaan kami sedemikian rupa sehingga keluarga yang akan kami bangun akan menjadi keluarga yang harmonis? apakah kami bisa saling menerima sikap dan segala kekurangan atau tidak (?).  Semua itu menjadi pertanyaan yang menggetarkan hati. namun apapun yang terjadi, semoga Roh Sang Gusti memurnikan hati hingga bening meski ada riak bahkan badai yang melanda bahtera itu.
 
Hehhehee…. masih lama dah ngelantur jauh banget lu Mur. stay calm best friend. God Bless u.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAPI memang AKU RINDU

Thn 2011. nama-mu sering kali disematkan padaku dan namaku disematkan pada-mu Tak heran.. karna memang kita selalu bersama, bag sepasang sendal jepit atau bag kertas dan pena. kita saling melengkapi. kadang sama-sama jelek dan sama-sama bagus. kadang saling meninggalkan namun tak lupa pulang dan saling mencari. kita pernah bergumul dalam lumpur, berkubang dalam debu bersama, Berteriak bersama, tertawa ngakak walau tanpa alasan. Kita bersama.. Saling menguatkan meski sering tak sejalan. Pertengkaran kita bagaikan perang saudara, seakan tak pernah akan akur lagi. Namun setelah sesi diam yang tak pasti waktunya, kita "bicara" lagi dan berpelukan lagi Ah.. sebenarnya aku ingin lupa denganmu. sebenarnya aku ingin lari dari hadapanmu sebenarnya aku ingin tak bertemu denganmu lagi. TAPI AKU RINDU.. Mungkinkah kedatanganmu dalam mimpiku.. ...untuk memegang tanganku lagi? ...hendak menepuk-nepuk bahuku? ... hendak memberi hati dan telingamu dan terisak lalu tertaw

Cukup, Sampai di Sini Saja......

Senja ini, saat mentari kembali keperaduannya, udarapun semakin dingin. Dari pada segera tertidur, aku memilih untuk merenungkan kembali perjalanan hidupku, ingin mengenang dan bersyukur atas pengalaman dan cinta yang kuterima dari keluargaku. Alunan biola yang terdengar merdu ditelinga, membawaku pada dua anak kecil berusia 4-5 tahun, Dera dan Gina, adiknya. Mereka bermain peran anak-anakan. Bermain di pertukangan karena tak diijinkan main diluar, bermain disamping ayahnya yang sedang membuat kecapi. Dera menggendong anak yang dibentuknya dari kain sarung, bersama Gina yang berperan menjadi tetangga. Tak terasa sudah berjam-jam dia disana. Hasrat ingin melihat dunia luar dan bermain dihalaman yang luas, menjerit minta dipenuhi. Namun ketakutan sang ayah pada Paneket (paneket = pembunuh) yang dikabarkan sedang berkeliaran diluar sana membuat sang ayah bersikeras untuk tidak membiarkan Dera bermain di luar. Dengan sembunyi-sembunyi, mereka mengendap-endap keluar dari pintu

JALAN INI-KAH???

Thn 2015 Waktu itu gw sedang kuliah semester akhir, pergi ke Bali, dan bertemu sahabat. disana kusampaikan segala penat dan pergumulan batin.. termasuk pertanyaan yang bercokol di pikiranku "QUO VADIS DOMINO?" Tak sengaja, ketika bertemu sahabat, bekenalan dengan sahabat baru, sesaat. Melalui kartunya (TAROT), mulai dibaca-nya jalan panjang yang akan kulalui. namun suaranya sayup, tak terdengar jelas di ingatanku, meski terdengar jelas di telingaku. Ketika jalan yang diramalkannya itu kulalui, saat itu pula terhenyak dengan jelasnya suara-nya yg waktu itu menghilang di antara deburan ombak. "Semua baik, kecuali 2 titik yang akan sangat terjal dalam perjalananmu" menyadari hal ini, pertanyaan baru muncul lagi "INIKAH YG NAMANYA TAKDIR?" mengapa bisa persis seperti yang diramalkan? apakah Usaha dan Doa tak ada pengaruhnya? Semoga aku dikarunia-i hati dan pikiran yang hening dan bening agar dapat memahami maksud-Nya yang sering kali menjadi