Aku
ingin menulis lagi, setelah kelelahan yang melanda jiwa.
Semua ini kuawali dari sebuah perjumpaan. Perjumpaan yang tak terencana, ditikungan jalan sempit Surabaya. Laksana seekor kupu-kupu, kau hinggap diantara kelopakku. Hadirmu meninggalkan jejak abadi. Baru kusadari hadirnya ketika bentuknya semakin jelas, makin mekar dan wangi baunya, menyebar keseluruh lekukan tubuhku, bahkan merembes memasuki seluruh pori-poriku. jejak itu menjadikan hariku indah dan hidup. Awalnya senyumku merekah menyadarinya dan ingin engkau tahu hal besar itu. Hati semakin mekar berbunga ketika kamu bilang “Iya aku juga sama. Sama senang karena aku juga ngalami hal yang sama”. Maka kuberanikan diri 'tuk membiarkannya tumbuh semakin besar, luas dan lebar, hingga tak ada tempat di dalam diri yang tak diisi oleh kamu.
Semua ini kuawali dari sebuah perjumpaan. Perjumpaan yang tak terencana, ditikungan jalan sempit Surabaya. Laksana seekor kupu-kupu, kau hinggap diantara kelopakku. Hadirmu meninggalkan jejak abadi. Baru kusadari hadirnya ketika bentuknya semakin jelas, makin mekar dan wangi baunya, menyebar keseluruh lekukan tubuhku, bahkan merembes memasuki seluruh pori-poriku. jejak itu menjadikan hariku indah dan hidup. Awalnya senyumku merekah menyadarinya dan ingin engkau tahu hal besar itu. Hati semakin mekar berbunga ketika kamu bilang “Iya aku juga sama. Sama senang karena aku juga ngalami hal yang sama”. Maka kuberanikan diri 'tuk membiarkannya tumbuh semakin besar, luas dan lebar, hingga tak ada tempat di dalam diri yang tak diisi oleh kamu.
Ternyata,
aku salah. Itu semua mungkin hanya ilusi dan dambaan sipungguk yang merindu bintang.
Aku ada dibumi dan kamu ada dilangit biru. Hanya bisa kutatap dan tak mampu
kujangkau. Terlalu indah dan jauh untuk kumiliki. Hanya bisa memandang,
memandang dan bahkan hayalkupun tak mampu menjangkaumu. Meski kuingin menggapai,
namun aku harus sadar, bahwa semua itu memang benar-benar bagaikan sipungguk
merindu bintang.
Sekali
lagi, meski begitu, kuulurkan tanganku tuk nggapai. Kulakukan apa aja, paling tidak, mengurangi jarak yang memisahkan bumi dan langit. Kamu tahu kan
bintang? Kamu tahu bahwa bagaimanapun caranya, si pungguk takkan pernah mampu
menjangkau bintang, bukan?
Untuk
itu aku kecewa dan …………… akhh aku .....ck. Tak ada kata yang
terucap tuk memewakili sesal dan kesal dihati. Hanya diam dan bisu yang ada.
Aku ingin meminta pada-Mu Tuhan, bolehkah aku minta “ambillah
segala memori yang mengingatkanku pada-nya?” Bolehkan aku memohon “biarkan aku
amnesia parsial”? Agar tak ada getar dan memori yang tinggal. Kumohon, cabut
akar memori ini. agar tak ada sepi yang mencekam laksana kubur dalam jiwa. Agar
tak ada rasa lelah, sesal, dan siksa dalam jiwa.
Karena
benih ini, yang kami manusia sebut sebagai “Tresna” membuatku sadar pada dua
mata pedang dalam tubuh:
tresna: pedang bermata dua.
membuatmu tertawa, namun bisa membuatmu menangis sedu sedan
Tresna
itu membuat segalanya menjadi mudah,
tapi
kadang membuat segalanya menjadi sulit.
Tresna
itu membuat langit berbintang,
sekaligus
membuat kabut tebal senantiasa bergelayut di langit sana
Tresna
itu membuat seseorang berubah,
berubah
sangat baik atau berubah sangat buruk.
Tresna
itu menghidupkan yang mati, tapi sangat mungkin mematikan yang hidup.
Tresna.
Ya Tresna. Membuat kepalaku pusing dan tak ingin membicarakannya.
Jadi aku mau berhenti menulis lagi,
sampai mata jiwa memberikan penanya lagi.
Jadi…..
selamat malam. Aku ingin tidur, melewatkan hari ini. Terlalu lelah badan ini,
terlalu lelah jiwa ini. Jadi, aku ingin menutup pintu ini, sampai engkau datang
dan mengetuknya…. Lagi.
Komentar
Posting Komentar